Kita tahu bahwa untuk menangani bahaya perlu dilakukan pengendalian
risiko dalam K3. Dalam melakukan pengendalian, ada beberapa tingkatan
atau hierarki yang harus dijalani. Setiap langkahnya memiliki tingkat
profesinya masing-masing.
Risiko bahaya yang sudah
dilakukan pengidentifikasian dan penilaian memerlukan langkah
pengendalian dalam menurunkan tingkat bahaya sampai ke titik yang paling
aman. Adapun pengendalian tertinggi ada pada tingkat eliminasi. Pada
tingkat ini memiliki keandalan dalam mengatasi bahaya. Nah apa saja sih
urutan pengendalian bahaya?
Urutan Hierarki Pengendalian Risiko K3
1. Eliminasi.
Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat
desain, tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan
manusia dalam menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada
desain. Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif
sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam menghindari
resiko, namun demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak
selalu praktis dan ekonomis.
Contoh-contoh eliminasi bahaya yang dapat dilakukan misalnya: bahaya
jatuh, bahaya ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya bising, bahaya
kimia.
2. Substitusi
Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi
ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya.
Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui
disain sistem ataupun desain ulang. Beberapa contoh aplikasi substitusi
misalnya: Sistem otomatisasi pada mesin untuk mengurangi interaksi
mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan pembersih kimia
yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus
listrik, mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan
yang cair atau basah.
3. Pengendalian tehnik/engineering control
Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan
pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian
ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan.
Contoh-contoh implementasi metode ini misal adalah adanya penutup
mesin/machine guard, circuit breaker, interlock system, start-up alarm,
ventilation system, sensor, sound enclosure.
4. Sistem peringatan/warning system
Adalah pengendian bahaya yang dilakukan dengan memberikan peringatan,
instruksi, tanda, label yang akan membuat orang waspada akan adanya
bahaya dilokasi tersebut. Sangatlah penting bagi semua orang mengetahui
dan memperhatikan tanda-tanda peringatan yang ada dilokasi kerja
sehingga mereka dapat mengantisipasi adanya bahaya yang akan memberikan
dampak kepadanya. Aplikasi di dunia industri untuk pengendalian jenis
ini antara lain berupa alarm system, detektor asap, tanda peringatan
(penggunaan APD spesifik, jalur evakuasi, area listrik tegangan tinggi,
dll).
5. Pengendalian administratif/ administratif control
Kontrol administratif ditujukan pengandalian dari sisi orang yang akan
melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan orang
akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk menyelesaikan
pekerjaan secara aman.
Jenis pengendalian ini antara lain seleksi karyawan, adanya standar
operasi baku (SOP), pelatihan, pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal
kerja, rotasi kerja, pemeliharaan, manajemen perubahan, jadwal
istirahat, investigasi dll.
6. Alat pelindung diri
Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal
yang paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya,dan APD hanya
berfungsi untuk mengurangi seriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya
hanya mengurangi, perlu dihindari ketergantungan hanya menggandalkan
alat pelindung diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan.
Alat pelindung diri Mandatory adalah antara lain: Topi keselamtan
(Helmet), kacamata keselamatan, Masker, Sarung tangan, earplug, Pakaian
(Uniform) dan Sepatu Keselamatan. Dan APD yang lain yang dibutuhkan
untuk kondisi khusus, yang membutuhkan perlindungan lebih misalnya:
faceshield, respirator, SCBA (Self Content Breathing Aparatus),dll.
Pemeliharaan dan pelatihan menggunakan alat pelindung diripun sangat
dibutuhkan untuk meningkatkan efektifitas manfaat dari alat tersebut.
Dalam aplikasi pengendalian bahaya, selain kita berfokus pada hirarkinya
tentunya dipikirkan pula kombinasi beberapa pengendalian lainnya agar
efektifitasnya tinggi sehingga bahaya dan resiko yang ada semakin kecil
untuk menimbulkan kecelakaan. Sebagi misal adanya adanya unit mesin baru
yang sebelumnya memiliki kebisingan 100 dBA dilberikan enclosure
(dengan metode engineering control) sehingga memiliki kebisingan 90 dBA,
selain itu ditambahkan pula safety sign dilokasi kerja, adanya
preventive maintenance untuk menjaga keandalaann mesin dan kebisingan
terjaga, pengukuran kebisingan secara berkala, diberikan pelatihan dan
penggunaan earplug yang sesuai.
*dirangkum dari berbagai sumber
salam,
GJR👀
Tidak ada komentar:
Posting Komentar